Halaman

welcome

Minggu, 19 Juni 2011

Kelebihan Vitamin Juga Bahaya Asep Candra | Senin, 6 Juni 2011 | 15:06 WIB

KOMPAS.com Selain berisiko kekurangan gizi akibat menyantap makanan yang itu-itu saja, orang modern juga bisa kelebihan gizi, terutama dari suplementasi. Gizi yang berlebihan tentu saja sama tidak sehatnya dengan kurang gizi.
Sebuah studi terbaru yang disajikan dalam Journal of the American Dietetic Association, menegaskan bahwa kelebihan gizi akan berdampak buruk bagi kesehatan.
Studi dengan survei terhadap lebih dari 1.500 orang dewasa di Kanada itu dilakukan dengan mengamati konsumsi suplemen dan asupan makanan alami para peserta. Seberapa sering mereka mengasup suplemen, makanan sehari-hari apa saja yang sering dikonsumsi, serta merek dan dosis suplemen yang mereka asup.
Para pengonsumsi suplemen tersebut mengasup zat besi dan asam folat yang tinggi daripada mereka yang tidak biasa mengonsumsi suplemen. Di sisi lain, lebih dari 47 persen dari mereka mengonsumsi, terutama niasin, vitamin A, dan B6, dengan dosis jauh lebih tinggi dari yang direkomendasikan US Institute of Medicine. Meski belum pernah ada survei khusus, mungkin saja banyak dari kita yang mengalami kelebihan berbagai zat gizi tersebut akibat mengonsumsi suplemen tanpa pengawasan dokter.

Anak Tak Terlindungi Bahaya Rokok Lusia Kus Anna | Senin, 20 Juni 2011 | 06:28 WIB

KAMBOJA, KOMPAS - Anak-anak di kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia, masih minim perlindungan dari ancaman bahaya merokok. Berbagai iklan dan kegiatan yang disponsori produsen rokok relatif bebas di Indonesia yang tak meratifikasi Konvensi Pengendalian Tembakau.
Susan Mercado dari WHO Regional Pasifik Barat mengatakan, industri rokok gencar mengincar target baru: anak-anak dan remaja sebelum 18-20 tahun. ”Pada anak remaja, bagian otak prefrontal cortex belum berkembang, jadi rentan kecanduan,” katanya pada Lokakarya ASEAN terkait Implementasi Pasal 13 Kerangka Kerja Konvensi Pengendalian Tembakau WHO-FCTC tentang Iklan, Promosi, dan Sponsorship Rokok di Kamboja, akhir pekan lalu.
Lisda Sundari dari Komisi Nasional Perlindungan Anak menunjukkan berbagai foto dan video yang menunjukkan pemasaran rokok yang vulgar. ”Ini terjadi karena pemerintah hanya membatasi periklanan tak boleh mencantumkan gambar rokok dan orang merokok,” ujarnya.
Berdasarkan pengamatan Komisi Nasional Perlindungan Anak selama 17 bulan di Jakarta, terdapat 348 konser musik yang disponsori enam perusahaan rokok dengan 23 merek rokok.
Tanpa sadar, setiap hari indera penglihatan anak-anak dan remaja dijejali berbagai promosi dan iklan rokok di penjuru kota dan media. Rokok diidentikkan dengan gaul, jantan, dan keren.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, dalam sebatang rokok terdapat 7.000 bahan kimia dan 70 jenis karsinogen, di antaranya kadmium (baterai), toluena (larutan kimia industri), nikotin (insektisida), dan arsenik (racun)
Menyadari kerentanan anak- anak dan remaja, sejumlah 172 negara di dunia (mencakup 90 persen penduduk dunia) sejak 2003 mengadopsi protokol WHO-FCTC.
Protokol itu melindungi kebijakan kesehatan dari pengaruh industri rokok, pengaturan harga dan cukai untuk mengurangi permintaan rokok, melindungi warga dari kontaminasi asap rokok pada areal dalam ruangan dan transportasi publik, kemasan dan pelabelan rokok, serta penerapan pelarangan iklan, promosi, dan sponsorship rokok.

Uji Sifilis Bisa Kurangi Kematian Bayi Kamis, 16 Juni 2011 17:57 WIB | 619 Views

Sifilis adalah infeksi yang bisa disembuhkan dan disebabkan oleh bakteri bernama Treponema pallidum. Penyakit itu ditularkan secara seksual, dan juga ditularkan oleh ibu kepada janin selama kehamilan.
     
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 12 juta kasus baru sifilis muncul setiap tahun. Di negara berkembang, antara 3 dan 15 persen perempuan usia subur mengidapnya.

Kebanyakan orang pengidap sifilis cenderung tidak sadar sehingga tanpa disadari menularkannya saat berhubungan seksual atau kepada janin. Akibat terburuk dari sifilis dalam kehamilan bisa dicegah bila infeksi dilacak dan diobati sebelum kira-kira 28 minggu.

Dalam studi metaanalisis, tim Hawkes meninjau bukti mengenai cara-cara meningkatkan angka tes sifilis dan pengobatan serta meningkatkan hasil kehamilan.
     
Tinjauan mereka sudah termasuk 10 penelitian dan lebih dari 41.000 perempuan, dan ini menunjukkan menawari perempuan dengan tes dan pengobatan ada hari yang sama bisa mengurangi kematian sebelum lahir - termasuk lahir mati dan keguguran- sampai 54 persen. Melihat pada lahir mati sendiri, kematian itu bisa dikurangi sebanyak 58 persen.     

"Apa yang ditunjukkan tinjauan ini adalah pemeriksaan benar-benar efektif untuk mengurangi angka kematian dan angka penyakit itu, tetapi sayangnya mayoritas perempuan hamil di dunia masih belum diperiksa untuk sifilis," kata Hawkes.

Mengomentari hasil penelitian itu, Peter Piot, Direktur London School of Hygiene and Tropical Medicine, mengatakan itu merupakan pengingat bahwa sifilis bukan penyakit masa lalu, tetapi penyebab utama kematian pada ratusan ribu bayi.

Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © 2011